Rabu, 13 Maret 2013

Alang - alang (Imperata cylindrica (L.))



Alang-alang merupakan tanaman semak, menahun, tingginya 1-1,5m. Batang lunak, bulat, pendek, beruas-ruas, berwarna putih keunguan, pada tiap buku terdapat rambut berwarna putih. Daun tunggal berbentuk lanset, tepi rata, ujung meruncing, pangkal menyempit, panjang kurang lebih 1m, lebar kurang lebih 1,5cm, berwarna putih. Akar serabut berwarna putih kotor.

Perbanyakan tanaman menggunakan rimpang atau akar tunggal. Tetapi tumbuhan ini tidak perlu ditanam karena akan tumbuh dengan sendirinya ditempat-tempat yang memungkinkan dan tidak memerlukan penanganan khusus. Bisa hidup dikondisi tanah dan iklim yang kurang baik. Merupakan tanaman gulma yang menyerap Nitrogen dan mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah.

Nama latin Alang-alang: Imperata cylindrica (L.) Beauv. var. mayor (Nees) C.E.Hubb. atau Imperata arundinacea Cyrillo, atau Lagurus cylindricus L.
Nama Daerah : Ilalang, hilalang, atau kambengan
Bangsa : Poales
Suku : Gramineae atau Poaceae
Marga : Imperata
Jenis : Imperata cylindrica (L.) Beauv. van. mayor (Nees.) C.E.hubb

Kandungan Alang-alang / Sifat Kimia :
Akar (Rimpang) berasa manis. Saponin, tanin, polifenol, manitol, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, logam alkali.

Bagian Tanaman Yang Digunakan :Akar (Rimpang). Dapat digunakan yang segar atau dikeringkan.

Efek Farmakologi Alang-Alang:
Tumbuhan ini bersifat : Anti Piretik (Menurunkan Panas), Diuretik (Peluruh Kemih), Hemostatik (Mengkentikan Pendarahan), Menghilangkan Haus.

Khasiat Alang-Alang :

1. Muntah Darah
Akar alang-alang segar 30-60 gram, dicuci bersih, dipotong-potong, digodok dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 Gelas.

2. Mimisan
Akar alang-alang Segar ddicuci bersih, ditumbuk dan diperas airnya sampai terkumpul 100cc, minum. Atau 30 gram akar segar dicuci bersih lalu digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, minum.

3. Air Kemih Berdarah
Rebus 100 gram Akar alang-alang segar dengan 2000cc air 1000cc.

4. Kencing Nanah
Akar alang-alang segar 300 gram dicuci bersih, dipotong-potong seperlunya, digodok dengan 2000cc air bersih sampai tersisa 1200cc, ditambah gula batu secukupnya. Dibagi 3 kali minum atau sebagai teh. Sepuluh hari untuk 1 cure.

5. Hepatitis Akut Menular
Akar alang-alang kering 60 gram direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 1 gelas. Dibagi 2 kali minum. 10 hari untuk 1 cure.

6. Rasa Haus Pada Penyakit Campak :
Rebus 30 gr Akar alang-alang, minum sebagai teh.

7. Radang Ginjal Akut
Cuci bersih 60-120 gram Akar alang-alang segar, dipotong-potong seperlunya dan digodok dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas air. Dibagi untuk 2-3 kali minum. Rebus 60-120 gram pegagan segar, minum secara rutin.

Hasil Penelitian :
Uji pra klinik dilakukan oleh Didik Supriyadi K.B (1998) membuktikan bahwa terjadi peningkatan pengeluaran urine secara bermakna seiring dengan peningkatan dosis air rebusan alang-alang, hal ini menunjukkan adanya efek diuretik pada alang-alang.

PEMIJAHAN PADA IKAN



Proses pemijahan adalah proses yang ditujukan kepada suatu spesies dalam bentuk tingkahlaku melakukan perkawinan atau pembuahan ovum oleh sperma.
Secara umum pemijahan biota akuatik dibagi dalam beberapa tahapan yaitu proses matting, proses spawning, proses pasca spawning.

A. Berdasarkan sifatnya proses pemijahan dapat berlangsung secara alamiah dan buatan :
1.     Pemijahan Alami
Sepasang ataupun sekelumpok ikan yang siap memijah dan akan memijah ditaruh dalam suatu wadah kolam. Dan sudah tentu keadaan, salinitas, dan suhu sudah diatur agar sesuai dengan tempat pemijahan ikan itu yang sebenarnya. Dan saat pemijahan kolam biasanya ditutup, agar mengurai gangguan dalam pemijahan dan ikan lebih suka memijah pada tempat gelap dan hangat.
2.  Pemijahan Buatan
Pada pemijahan buatan, pembuahan telur oleh sperma dilakukan dengan bantuan manusia. Telur dipaksa keluar dari tubuh induk ikan betina dengan tehnik stripping/pengurutan kemudian ditampung pada suatu wadah. Lalu segera dilakukan stripping pada induk jantan untuk mengeluarkan sperma secara paksa. Telur dan sperma kemudian di satukan dalam satu wadah lalu diaduk dengan alat lembut dan halus seperti bulu ayam sehingga tercampur dan terjadi pembuahan.

B. Berdasarkan tehniknya, pemijahan ikan dapat dilakukan dengan 3 macam cara yaitu :
a. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia. Terjadi secara alamiah ( tanpa pemberian rangsangan hormon)
b. Pemijahan secara semi intensif, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat  kematangan gonad, tapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.
c. Pemijahan ikan secara intensif, yaitu memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta ovulasinya dilakukan secara buatan dengan tehnik stripping/pengurutan.
Ada 3 komponen yang mempengaruhi proses reproduksi atau pemijahan pada ikan, yaitu gonad, sinyal lingkungan, dan sistem hormon dimana ketiga komponen itu saling mempengaruhi.
Fertilisasi
Fertilisasi eksternal: persatuan sperma dengan sel telur terjadi di luar tubuh
induk.Contoh: Cyprinidae, Anabantidae, Siluridae, dll.
Fertilisasi internal: sel telur bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk).
Digunakan organ bantu pemijahan, spt: gonopodium, myxopteryangium, dan
tenaculum. Contoh: Elasmobranchii, Anablepidae, Poecilidae.

C. Berdasarkan habitat tempat ikan memijah:
Lithophil: memijah pada dasar perairan berbatu
Psamophil: memijah di dasar perairan berpasir
Pelagophil: memijah pada kolom air di perairan terbuka
Ostracophil: memijah pada cangkang binatang yang telah mati

D. Beradasarkan tempat embrio berkembang & tempat terjadinya pembuahan:
Ovipar: Ikan yang mengeluarkan telur saat pemijahan
Vivipar: Ikan yang melahirkan anaknya. Kandungan kuning telur sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta pada tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak yang dilahirkan sudah menyerupai individu dewasa.
Ovovivipar:Ikan yang melahirkan anaknya. Sel telur mengandung cukup banyak kuning telur yang mencukupi kebutuhan makanan anak ikan. Induk ikan hanya menyediakan tempat perlindungan.
Contoh : Ikan Hiu Kebanyakan hiu adalah ovovivipar, yang berarti bahwa telur dierami dan menetas didalam oviduk tubuh induknya, dimana kuning telur (yolk) menjadi nutrisi utama embrio. Hiu ovovivipar disebut juga sebagai hiu aplacental vivipar yang berarti melahirkan tanpa plasenta (ari-ari). Hiu ovovivipar ini terbagi tiga tipe.

Perbedaan antara ikan vivipar dengan ikan ovovivipar terletak pada perkembangan telur yang dikandung dan keadaan anak-anaknya pada waktu dilahirkan.
Ikan vivipar dan ovovivipar biasanya berfekunditas kecil dan keturunannya mendapat semacam jaminan atau keyakinan dari induk untuk dapat melangsungkan awal hidupya dengan aman. Sedangkan pada ikan ovipar biasanya berfekunditas besar atau jumlah telur yang dikeluarkannya besar disebabkan untuk mengimbangi tekanan keadaan sekelilingnya dari hal yang tidak lazim terutama dari serangan predator. Hal ini menunjukkan bahwa ikan vivipar dan ovovivipar lebih modern dari pada ikan ovipar dalam mempertahankan eksistensi spesies. Dalam proses biologisnya yaitu pada waktu terjadi pemijahan, ikan ovipar lebih banyak mengeluarkan energi dari pada ikan vivipar dan ovovivipar.
Chondrichthyes ovipar: bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shell gland)
Pada ovovivipar dan vivipar: bagian belakang oviduk membesar menjadi suatu uterus tempat menyimpan anak ikan selama perkembangan embrioniknya.

Fase Pendederan Ikan Lele



Tahap pendederan merupakan fase adaptasi ikan hasil peminjahan dengan lingkungan sebelum dipindahkan ke kolam pemeliharaan berikutnya (kolam pembesaran). Pendederan dibedakan menjadi 3 tahap pendedaran.
Pendederan I dimaksudkan untuk membesarkan bibit lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit berukuran 3-5 cm. Dengan perawatan intensif, terutama dalam hal pemberian pakan, pengaturan air, serta pengendalian hama dan penyakit, masa Pendederan I hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu.
Pendederan II merupakan kelanjutan dari Pendederan I, yang mana bibit berukuran 3-5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5-8 cm. Seperti halnya pada Pendederan I, faktor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini adalah pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pendederan II berlangsung selama 3-4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3 (tiga) kali, yaitu pada minggu ke-3, minggu ke-3,5 dan minggu ke-4.
Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5-8 cm menjadi bibit berukuran 8-12 cm. Bibit dengan ukuran 8-12 cm merupakan bibit yang paling optimal untuk pembesaran. Pendederan III dilakukan selama 3 minggu.

Cara Budidaya Lele | Pendederan I 

Pendederan I dimaksudkan untuk membesarkan bibit lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit berukuran 3-5 cm. Dengan perawatan intensif, terutama dalam hal pemberian pakan, pengaturan air, serta pengendalian hama dan penyakit, masa Pendederan I hanya membutuhkan waktu 2-3 minggu.
1. Pelepasan Bibit
Bibit yang dipelihara dalam Pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stres, dan cidera, sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati-hati. Yang penting untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit, yaitu antara 500-750 ekor/m2. Itu berarti kolam berukuran 2 x 3 m (6m2) dapat diisi 3000-4500 bibit lele.
Untuk menghindari stres dan cidera, pelepasan bibit lele dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Bibit lele diambil dari kolam pemeliharaan larva dengan menggunakan waring bertangkai dengan jaring yang rapat dan lembut.
2.     Bibit ditempatkan pada ember atau baskom yang telah diisi air dari kolam pemeliharaan larva.
3.     Setelah ember atau baskom cukup penuh, segeralah menuju kolam pendederan untuk melepaskannya. Benamkan ember atau baskom ke kolam sehingga air kolam masuk sedikit demi sedikit, bercampur dengan air dalam ember. Dengan cara itu maka bibit akan dapat berenang keluar ember atau baskom. Angkat emmber atau baskom dengan posisi miring ke bawah sehingga semua air beserta bibitnya masuk dalam kolam.
4.     Teruskan langkah tersebut hingga kolam pendederan terisi bibit dengan kepadatan yang sesuai.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pemindahan dan pelepasan bibit. Untuk menghindari stres yang berlebihan, bibit sebaiknya dipindahkan pada saat suhu air belum terlalu tinggi atau terlalu rendah, yaitu pada pagi atau sore hari. Pada pagi hari, sebaiknya pemindahan dilakukan pada pukul 08.00-10.00. sedangkan pada sore hari, pemindahan sebaiknya dilakukan pada pukul 15.00-18.00.
2. Pengaturan Air
Kualitas air yang digunakan untuk memelihara ikan pada masa Pendederan I sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan air mengalir dengan sistem pipa paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsung diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar masuk air, air harus diganti secara manual 2-3 hari sekali, atau sesuai kebutuhan.
Untungnya, pada kolam Pendederan I kualitas air masih akan cukup baik dalam waktu yang sukup lama karena ukuran ikan peliharaan masih sangat kecil dengan jumlah kotoran yang juga masih sedikit. Selain itu, pakan yang diberikan pun pakan alami yang tidak menyebabkan penurunan kualitas air.
3. Pemberian Pakan
Bibit berukuran 1-3 cm tentu saja belum dapat makan pelet butiran. Pakan yang diberikan kepada bibit lele ini harus mengandung cukup banyak protein untuk mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya diberi pakan alami berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (Tubifex sp.). Baru pada minggu kedua bibit lele  mulai diberi pellet 581. Pellet ini berbentuk seperti tepung.
Prinsip pemberian pakan untul bibit lele adalah sebagai berikut:
1.      Pakan alami diberikan dalam keadaan hidup agar apabila belum termakan maka akan dapat dimakan pada waktu berikutnya.
2.     Pakan alami diberikan sedikit demi sedikit hingga bibit lele  kenyang. Caranya, dengan memasukkan kutu air atau cacing sutra sesendok demi sesendok hingga tidak ada lagi bibit lele yang mau memakannya.
3.     Pakan diberikan 3-4 kali sehari, yaitu pagi, siang (bila mungkin), sore, dan malam hari.
4.     Seiring dengan diberikannya makanan berupa pelet, jumlah pakan alami mulai dikurangi. Misalnya, untuk minggu ke-2 kombinasi 75% pakan alami dan 25% pelet, untuk minggu ke-3 kombinasi 5-% pakan alami dan 50% pelet.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudi daya lele juga harus mencegah masuknya hama dan panyakit. Hama yang sering memakan bibit lele antara lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan akan ada banyak bibit yang hilang.
Untuk mencegah ular, burung, kadal dan katak masuk ke dalam kolam, tutuplah kolam dengan anyaman bambu. Bila hama telah terlanjur masuk, segera keluarkan atau basmi secepatnya.
Pencegahan munculnya penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air kolam. Pengaturan air yang baik dapat mencegah munculnya penyakit. Penambahan sedikit kapur pertanian juga membantu. Apabila bibit lele sangkurinang menunjukan tanda-tanda terserang penyakit terutama jamur, teteskan Malachite Green Oxalite 1-5 ml atau Methylene Blue 10 ml per 1 meter kubik air.
5. Seleksi Bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan II, atau  bahkan dapat langsung dijual. Bibit lele yang didapat dari seleksi pertama disebut Bibir Saringan I. Bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.
Seleksi yang kedua dilakukan pada saat bibit telah dipelihara selama 3 minggu. Bibit yang diperoleh disebut Bibit Saringan II. Kualitas bibit ini sedikit dibawah bibit saringan pertama. Bibit yang tidak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai 3-5 cm. kualitas bibit sisa ini tidak begitu baik.

Cara Budidaya Lele | Pendederan II

Pendederan II merupakan kelanjutan dari Pendederan I, yang mana bibit berukuran 3-5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5-8 cm. Seperti halnya pada Pendederan I, faktor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini adalah pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pendederan II berlangsung selama 3-4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3 (tiga) kali, yaitu pada minggu ke-3, minggu ke-3,5 dan minggu ke-4.
1. Pelepasan Benih
Ukuran bibit yang dipeliharan pada Pendederan II dua kali lebih besar dari bibit pada Pendederan I. Oleh karena itu, kepadatan bibit harus dikurangi sampai setengah dari kepadatan Pendederan I, yaitu antara 250-500 ekor/m2. Untuk kolam berukuran 2 x 3 m (6m2) dapat diisi 1500-3000 bibit. Metode pemindahan dan pelepasan bibit pada kolam Pendederan II tidak berbeda dengan yang dilakukan pada Pendederan I.
2. Pengaturan Air
Pengaturan air pada Pendederan II masih harus diperhatikan meskipun tidak seintensif pada Pendederan I. Penggantian air dilakukan 2-3 hari sekali. Air kolam yang lama tidak diganti akan tercemar sisa makanan dan kotoran ikan. Sisa makanan itu akan membusuk dan mengeluarkan asam organik yang akan mengganggu pertumbuhan bibit dan merangsang munculnya penyakit.
3. Pemberian Pakan
Pada minggu ke-1 masa Pendederan II, pakan yang diberikan berupa pakan alami dan pelet tepung (581). Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 10-15% dari bobot total bibit yang dipelihara, terdiri dari 25% pakan alami dan 75% pelet yang dilembutkan. Pada minggu ke-2, pakan yang diberikan adalah pelet tepung seluruhnya. Pada minggu ke-3 dan ke-4 dapat dimulai menggunakan pelet butiran dengan diameter ±1 mm (pelet 999). Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Dengan semakin besarnya ukuran bibit lele maka semakin berkurangnya jumlah hama yang berbahaya baginya. Hama yang masih perlu diwaspadai adalah ular dan burung pemakan ikan. Cara pencegahannya sama seperti pada Pendederan I, yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bambu atau yang lain. Sedangkan untuk mengendalikan penyakit, penggantian air secara rutin merupakan cara terbaik, selain menggunakan Malachite Green Qxalite (1-5 ml/m3) atau Methylene Blue (10 ml/m3).
5. Seleksi Bibit
Bibit lele mulai diseleksi pada minggu ke-3 dengan menggunakan saringan bibit 5-8 cm. Bibit lele yang berukuran 5-8 cm dapat diambil untuk dibesarkan pada Pendederan III atau langsung dijual. Bibit yang didapat dalam seleksi pertama disebut Bibit Saringan I, merupakan bibit berkualitas terbaik. Seleksi bibit dilakukan lagi 3-4 hari kemudian, diperoleh Bibit Saringan II. Seleksi terakhir dilakukan pada minggu ke-4, diperoleh Bibit Saringan III. Baik bibit saringan II maupun III juga merupakan bibit berkualitas baik dan memenuhi standar.
Bibit lele yang tidak lolos seleksi dapat terus dipelihara hingga berukuran 5-8 cm. Bibit ini tidak memenuhi standar sebagai bibit lele. Biasanya bibit itu disebut sebagai bibit lele dumbo biasa, bukan bibit lele.

Pendederan III Budidaya Lele

Pendederan III merupakan kelanjutan dari Pendederan II. Tidak banyak pembibitan lele yang melaksanakan Pendederan III, karena begitu melewati  Pendederan II sudah banyak konsumen yang berminat untuk membeli bibit lele tersebut. Bahkan akhir-akhir ini konsumen tidak cukup sabar untuk menanti  bibit hingga berukuran 5-8 cm. Bibit berukuran 3-5 cm pun sudah banyak yang memintanya.
Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5-8 cm menjadi bibit berukuran 8-12 cm. Bibit dengan ukuran 8-12 cm merupakan bibit yang paling optimal untuk pembesaran. Pendederan III dilakukan selama 3 minggu.
1. Pelepasan Bibit
Kepadatan  bibit pada Pendederan III lebih rendah dibanding Pendederan II, karena ukuran bibit yang digunakan lebih besar. Jumlah bibit yang dilepas pada kolam Pendederan III adalah antara 100-200 ekor/m2. Metode pemindahan dan pelepasan bibit sama dengan pada Pendederan I dan II.
2. Pengaturan Air
Pengaturan air pada Pendederan III tidak seintensif Pendederan I dan II, namun tetap harus mendapat perhatian. Penggantian air dilakukan apabila air kolam sudah kotor. Jadi tidak harus dilakukan secara rutin. Lebih baik lagi apabila menggunakan sistem air keluar masuk sehingga kesegaran dan kebersihan air tetap terjaga. Meskipun tidak seketat Pendederan I dan II, namun usahakan agar tidak ada sisa makanan dan kotoran yang mengendap dan membusuk di dasar kolam karena hal itu dapat menghambat pertumbuhan ikan dan merangsang munculnya penyakit.
3. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet yang dikecilkan ukurannya hingga berdiameter 1-3 mm (pelet 999, 781 – 1, dan 782 – 2). Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5-10% bobot bibit yang dipelihara. Pakan diberikan 3 (tiga) kali sehari, yaitu pada pagi, siang, dan sore hari.
Terkadang bibit lele sangat rakus, makan terlalu banyak. Padahal pelet dapat mengembang selama ada didalam perut ikan. Akibatnya, bibit mengalami kembung dan pecah perut. Untuk mencegahnya, rendam pelet dalam air hangat hingga mengembang dan baru setelah itu diberikan kepada ikan. Dengan cara demikian pelet tidak akan mengembang lagi, dan kembung tidak akan terjadi.
4. Pengendalian Hama dan Penyakit
Seperti halnya pada Pendederan II, hama yang mengancam adalah ular dan burung pemakan ikan. Cara pengendaliannya masih sama, yaitu dengan menutup kolam menggunakan anyaman bambu atau yang lain. Serangan penyakit dapat dikendalikan dengan memelihara kebersihan air. Jika terdapat tanda-tanda ikan terserang penyakit, terutama jamur, berikan Malachite Green Oxalite atau Methylene Blue.
5. Seleksi Bibit
Bibit yang dibesarkan pada Pendederan III dapat diseleksi mulai minggu ke-2 untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang sesuai (8-12 cm). Sisa bibit yang tidak lolos seleksi pertama, diseleksi lagi pada minggu ke-3. Sisa bibit yang tidak lolos seleksi kedua dapat terus dipelihara hingga mencapai ukuran yang disyaratkan, atau langsung dijual.
Pembesaran Ikan Lele
Pembesaran merupakan tahapan terpenting dalam budidaya lele. Tahap inilah yang paling banyak dilakukan oleh peternak lele karena tingkat keuntungannya lebih besar. Namun demikian, pembesaran juga merupakan tahapan yang memakan biaya paling besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh sebab itu, terutama untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh sebab itu, pembesaran lele harus dilakukan seoptimal mungkin agar dapat menghemat biaya pakan dan pemborosan dapat dihindari.
Pada prinsipnya, tahap pembesaran merupakan usaha untuk membesarkan bibit menjadi lele ukuran konsumsi, sekitar 100–150 gram / ekor atau 7–10 ekor / kg. Kecepatan lele dalam mencapai ukuran konsumsi merupakan kunci untuk mendapatkan keuntungan. Keistimewaan lele sangkuriang adalah kecepatannya dalam mencapai ukuran konsumsi yang berada di atas lele dumbo biasa. Dalam waktu 60–70 hari, dari bibit berukuran 3-5 cm, lele sangkuriang sudah mampu mencapai ukuran konsumsi. Hal itu jauh lebih cepat dibanding lele dumbo biasa yang memakan waktu hingga 100-110 hari.
Agar dapat menghasilkan lele siap konsumsi dalam waktu yang diharapkan maka diperlukan penangan budidaya yang tepat. Penyebabnya, meskipun lele memilik sifat genetis yang cepat berkembang, namun apabila teknik budidayanya salah, maka tidak tertutup kemungkinan waktu pembesaran justru menjadi lebih lama dibanding lele dumbo biasa. Selanjutnya akan dibahas mengenai teknik pembesaran lele secara detail yaitu mengenai persiapan kolam pembesaran, cara mendapatkan bibit lele, pemeliharaan lele, manajemen pakan, dan memanen lele.


Laman