Senin, 04 Maret 2013

Teh Arab (Catha edulis. forsk)


Temuan narkotika jenis baru, narkotika tersebut berasal dari tanaman ghat atau khat yang banyak ditanam di ladang maupun di pekarangan. Jenis tanaman ini, diakui merupakan bahan baku pembuat narkotika jenis baru yang di konsumsi kalangan artis termasuk yang dipakai Raffi Ahmad.

Tanaman yang dalam bahasa lainnya di sebut Catha Edulis ini banyak ditemukan di Desa Tugu Selatan dan Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua Bogor. Kebanyakan masyarakat menanam tanaman ini secara berderet, sebagai pembatas halaman rumah atau batas tanah dengan tanah orang lain.

Tumbuhan berdaun kecil dan berwarna hijau ini banyak ditemui di pekarangan dan permukiman warga di kawasan Kecamatan Cisarua, Puncak, Bogor. Warga setempat telah menanamnya sejak 10 tahun terakhir.

Kandungan Kimia Tanaman Khat (Teh Arab)

Khat yaitu tanaman perdu Catha edulis Forsk, famili dari tanaman Celastracea. Banyak tumbuh di daerah Afrika Timur dan Arab. Daunnya mengandung alkaloida cathinone & cathine yang mempunyai konfigurasi serta efek sebagaimana amphetamine (Amphetamine adalah bahan yang digunakan dalam tablet XTC). Karena itu daun khat ini juga mempunyai efek seperti penggunaan xtc, yaitu fly, happy, energik, menjadi senang bicara, tetapi menyebabkan kecanduan.

Dalam dosis besar, Khat dapat menyebabkan gangguan di otak yaitu perubahan sistem biokimiawi otak yang mengakibatkan si pengunyah menjadi gila (psikose), dengan gelaja halusinasi pendengaran dan mengamuk.

Dengan dosis kecil menjadi happy, tetapi jika kronis pun metabolisme tubuh menjadi berubah. Tubuh tidak lagi menyerap makanan melalui usus, tetapi memecah persediaan energi dalam otot yaitu memecah lemak dan glikogen. Karena itu si pengunyah menjadi kurus kerempeng karena anoreksia dan mengalami kondisi malnutrisi yang irreversible. Akibat lanjutnya pengerasan hepar dan akhirnya menjadi kanker.
Daun Khat mengandung astringent dan aromatik, mempunyai bau khas yang rada apek. Harus dikunyah segar-segar, jusnya ditelan, dan sepahnya dibuang atau ditelan. Dalam waktu tidak lama ia akan merasakan efeknya. Namun pada keesokan harinya akan terjadi efek berkebalikan (withdrawal) yaitu mual, lesu, lemah, pusing, karena kurang tidur, resah, yang akhirnya juga menyebabkan kesulitan tidur. Hal ini yang menyebabkan si pengguna terus menerus membutuhkannya lagi dan menjadi ketagihan, yang dosisnya makin hari makin besar.

Katinon (Cathinone) menjadi pembicaraan setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) menemukan zat ini dikonsumsi oleh beberapa orang yang tertangkap di rumah salah satu publik figur minggu lalu (27/1). Yang dikonsumsinya adalah derivat dari cathinone, yakni 3,4-methylenedioxy-N-methylcathinone. Zat sintetis itu juga dikenal sebagai methylone. Cathinone, S(-)-alpha-aminopropiophenone, merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Cathinone adalah nama bahan aktif berwujud kristal yang bisa diekstrak dari tumbuhan asli Afrika yang bernama Latin Catha edulis dengan sinonim Catha forskalii, Catha glauca, Celestrus edulis, dan Methyscophyllum glaucum. Tumbuhan ini memiliki banyak nama lokal, diantaranya menggambarkan asal kata dari mana nama Latinnya dibuat yaitu: cat, catha, ciat, khat, kaad, dan kafta. 

Secara alami cathinone terkandung dalam khat (Catha edulis Forsk), tumbuhan semak yang banyak terdapat di Afrika timur dan tengah serta sebagian Jazirah Arabia. Daun khat sejak dulu dikonsumsi dengan cara dikunyah, dibuat jus, atau diseduh seperti teh oleh penduduk di wilayah itu. Daun kath segar mengandung katinona lebih banyak dibandingkan dengan daun kath yang dikeringkan.
Adapun cathinone sintetis, sebagaimana disebut dalam situs European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan, kadang-kadang dikemas dalam kapsul. Zat itu juga ditemui dalam bentuk tablet sebagai pengganti pil ekstasi. Cara penggunaan biasanya dihirup, ditelan, atau disuntikkan setelah dicampur air.

Tidak sulit menduga mengapa Catha edulis dijuluki flower of paradise (bunga surga). Tumbuhan ini sudah lama diketahui bisa menimbulkan halusinasi bila dikonsumsi. Dalam keadaan proses halusinasi seseorang bisa merasakan beragam sensasi yang sulit dideskripsikan.

Karena khat mengandung senyawa ephedrine-like [Amfetamin]. Rupanya itu untuk menghasilkan eksitasi, menghalau tidur, dan meningkatkan komunikasi. Itu digunakan sebagai stimulan untuk menghilangkan rasa lapar dan kelelahan.

Penggunaan Khat  (Konsumsi Teh Arab)

Pada jaman Mesir Kuno, khat atau teh arab, dianggap sebagai menu para dewa. Dengan mengunyah-ngunyah khat, manusia juga bisa menjadi dewa: tahan lapar, tahan haus, tahan capek, dan merasa sangat bersemangat (euforia). Dengan mengonsumsi khat, nafsu seks juga menjauh, karena gairah seks (libido) akan menurun.

Secara terbatas tanaman teh arab sudah mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ini terjadi karena adanya intensitas arus informasi, juga sarana transportasi, yang memungkinkan masyarakat kita berkunjung ke Yaman, dan Somalia. Dua negara ini dikenal sebagai penghasil sekaligus pengguna teh arab terbesar di dunia. Teh arab juga disebut Abyssinian Tea, African Salad, khat (قات), qat, qaat, quat, gat, jaad, chat, chad, chaad, jimma, dan miraa (Catha edulis).

Biasanya Khat dikonsumsi saat kumpul-kumpul, ditambah minum minuman keras, selain melawan rasa pahit daun, juga efeknya lebih kuat. Khat dikunyah berjam-jam, di dalam mulut dengan pipi menggembung oleh bundelan kunyahan Khat. 

Daun khat juga bisa didapatkan dalam bentuk teh, sering disebut-sebut sebagai teh Arab yang mempunyai khasiat meningkatkan gairah seks. Padahal penggunaan Khat jangka panjang akan merusak sistem syaraf yang mengatur sistem reproduksi dan masalah impotensia.

Meskipun disebut sebagai teh arab, khat dikonsumsi bukan seperti teh, melainkan seperti orang makan sirih. Pucuk khat dikunyah-kunyah, tanpa bahan campuran apa pun, lalu ditahan dalam mulut selama sekitar 2,5 jam, sebelum “ampasnya” dibuang. Efek stimulan dari mengunyah (chewing) pucuk khat, disebabkan oleh adanya kandungan zat katin (cathine), yakni alkaloid jenis phenethylamine, dalam pucuk tanaman. Cathine dalam pucuk daun khat dikategorikan sebagai psikotropika (zat narkoba), hingga di beberapa negara,  termasuk di Arab Saudi, penanaman dan penggunaan tanaman ini dilarang. Beberapa negara mengijinkan budi daya dan penggunaan khat, dengan pengawasan ketat, dibawah supervisi World Health Organization (WHO).
Daun Khat sekarang tengah melanda Eropa dengan pemasok orang-orang Afrika dan Arab. Tetapi Khat ini belum dimasukkan ke dalam daftar undang-undang obat keras atau narkoba, karena masih dianggap tidak membahayakan umum (dikonsumsi oleh kelompok kecil tertentu, digunakan tidak dimuka umum, masih dalam keadaan segar/alami, untuk mendapatkan efek berbahaya dibutuhkan sejumlah yang relatif besar). Khat segar masuk ke Eropa melalui angkutan penerbangan, dan masuk dalam daftar sayuran. 

Penjualan khat secara hukum dilegalkan di beberapa negara, namun juga ilegal di beberapa negara lainnya. Cathinone sintetik juga sering digunakan sebagai bahan utama yang digunakan sebagai campuran dalam mengkonsumsi obat-obatan terlarang, misalnya 'bath salts' di Amerika Serikat. 

Menurut Drug Enforcement Administration (DEA) yang merilis Controlled Substances Act, Cathinone pun digolongkan sebagai substansi kelas I. Substansi kelas I adalah obat-obatan beserta kandungan di dalamnya dapat menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan dan tidak digunakan untuk kebutuhan pengobatan. Menurut DEA cathinone dapat menimbulkan hilangnya nafsu makan, kecemasan, iritasi, gangguan tidur, halusinasi, dan kepanikan.

Adapun, pemakai berat cathinone bisa mengalami gangguan mental. Di Indonesia, Undang-undang No.35/2009 tentang Narkotika menyatakan cathinone sebagai narkotika golongan I atau narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.

Laporan mengenai keracunan dan bahaya bagi kesehatan akibat penggunaan cathinone sintetis menyebabkan zat tersebut menjadi isu kesehatan masyarakat dan keamanan yang serius di Amerika Serikat.

Dalam situs National Institute on Drug Abuse dilaporkan, efek cathinone mirip amfetamin dan kokain. Zat itu merangsang peningkatan kadar neurotransmitter (zat pengantar impuls saraf) dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan meningkatkan tenaga. Efek lain adalah peningkatan kadar norepinefrin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Namun, pengguna bisa mengalami halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin. Akibat buruk lain adalah dehidrasi, kerusakan jaringan otot, dan gagal ginjal yang berujung pada kematian. (sz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laman